Halo sayang. Apa kabarmu? Aku tau
saat ini kamu tidak sedang baik-baik saja. Komunikasi yang kita jalin selama
ini cukup membuatku tenang dan senang karena aku mendapat kabar darimu.
Walaupun aku tau kamu sakit, aku masih ingin bertanya bagaimana kabarmu. Jujur,
aku tidak mau kamu sakit. Kenapa kamu tidak menjaga kondisi tubuhmu dengan
baik? Apa yang bisa aku lakukan agar kamu cepat sembuh? Padamu, aku ingin
memberikan perhatianku. Tapi aku merasa tidak tau bagaimana caranya. Aku merasa
kurang dalam hal itu. Aku bukan orang yang berani bertindak seperti itu
walaupun hasratku untuk melakukannya sangat tinggi. Puisi tere liye cukup
mengutarakan isi hatiku.
Aku mencintai sunset,
Menatap kaki langit,
ombak berdebur.
Tapi aku tidak akan
pernah membawa matahari ke rumah.
Kalaupun itu bisa
dilakukan, tetap tidak akan kulakukan.
Dan lanjutan puisi lainnya yang
berujung sama, “tetap tidak akan kulakukan.”
Seketika aku berfikir, jika itu bisa
kulakukan namun tidak aku lakukan, bukankah itu akan menjadi sia-sia? Jika aku mencoba
untuk berani, bisa saja aku melakukannya, dan bisa saja ternyata yang kamu
harapkan selama ini adalah perhatian dari ku. Tidak ada yang tau bagaimana
akhirnya bila tidak dicoba. Sepertinya, mulai saat ini aku harus melakukan apa
yang ingin aku lakukan agar tidak berkarat seperti besi yang dibiarkan saja
saat hujan datang.
***
Sayang, kita memang terpisah oleh
jarak. Tapi, percayalah. Aku hanya padamu. Aku menyayangimu. Aku juga akan
terus percaya kepadamu karena kamu udah mau membantu menyelesaikan puzzle ini.
Puzzle yang sangat rumit ketika aku berusaha menyelesaikannya sendirian. Dulu.
Kalian yang membaca ini mungkin berfikir
ada apa dengan “dulu”. Iya, dulu aku berusaha menyusun puzzle ini sendirian sampai
akhirnya dia bilang “Aku bantuin kamu bukan buat nyelesain yang kamu mau, tapi
yang kita mau” see? Aku mau kalian
baca sekali lagi apa yang dikatakan olehnya. Nice, bukan? Aku cukup speechless.
Ingin rasanya meneteskan air mata bahagia. Tapi aku urungkan niatku. Aku ingin
menunjukkan senyum terbaikku untuknya.
Balik lagi ke kamu saat ini, yang
sedang sakit, yang mungkin sendirian di rumah.
Bolehkah aku mengatakan yang
sejujur-jujurnya?
Aku tidak ingin hanya mengatakan “Istirahatlah.
Jangan lupa makan, ini itu dan lain sebagainya.”
Saat ini, aku benar-benar ingin
memelukmu. Aku ingin membawa mu kedalam dekapanku. Aku ingin kamu beristirahat
bersamaku. Aku ingin kamu menganggap aku adalah tempat terbaik untuk membuatmu
lekas sembuh. Aku ingin mengecup lembut keningmu, dan berbisik di telinga mu “Cepatlah
sembuh. Aku sangat merindukanmu.”
Jika kamu membaca ini, sayang,
apakah kamu akan berfikir dan bertanya “Mengapa kau mengecup lembut keningku,
bukan bibirku?” jawabannya adalah, aku tidak ingin sakit karena dirimu. Karena
virus-mu. Titik. Jika kamu sakit dan aku juga sakit, siapa yang akan ngejagain
kita? Kamu mau bilang kita saling menjaga? Aku tidak ingin melakukannya.
Cepatlah sembuh dan biarkan aku cepat-cepat bisa merasakan lembut bibir mu di
bibirku. Aku menantikannya.
Selamat datang “keberanian” yang
mulai merasuki diri ku. Dan lekaslah sembuh kamu, sayang.
Aku menyayangimu. Tulus.